Rabu, 06 Juli 2011

Instalasi Pengelolaan Fisik Tinja Manusia Pada Keluarga X Di Desa Y

BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks dan untuk mengatasinya dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terkait. Pembungan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyedian air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya, hal yang demikian ini dapat menjadi sumber berbagai penyakit, serta dapat mengganggu estetika atau keindahan, kenyamanan dari manusia apabila tinja tersebut tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu keberadaan jamban sangat dibutuhkan agar dapat digunakan oleh para keluarga.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia,Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam membangunan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses pembuangan tinja.
Saat ini hampir 70% di kota, rumah masyarakat menggunakan septic tank pribadi, tetapi sebagian besar masih tidak berfungsi dengan baik, karena  kurangnya wawasan dari masyarakat sekitar tentang pengolahan septic tank yang baik dan tidak menyebabkan pencemaran. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia yang tidak baik akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air. Seperti jamban yang ada pada rumah keluarga DWI di Desa SULI kecamatan SALAHUTU yang  sudah menggunakan jamban Leher Angsa dan dilengkapi dengan tangki septic tank serta tersedianya air bersih, tetapi dalam prosesnya masih mengalami kekurangan karena jasa dari pihak Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) belum ada atau masih sulit untuk mencapai daerah Suli, dan air tinja yang dihasilkan dari proses pada tangki septic langsung dialirkan melalui pipa keluar (tanah).

B.                  Tujuan
Untuk mengetahui gambaran umum instalasi pengolahan fisik tinja manusia pada keluarga X di desa Y tahun 2011.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pembuangan dan pengolahan air limbah rumah tangga yang berasal dari jamban atau toilet yang dilakukan secara setempat,dengan menggunakan cubluk atau tangki  septic  dikenal dengan nama system sanitasi setempat.

A.                Definisi Tinja
Difinisi Tinja sendiri ( Ekskreta )Yaitu sebagai kotoran manusia yang berbentuk padat, dengan berat basah tinja individu berkisar antara 20 gram – 1,5 killogram. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11).
Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).

B.                 Komposisi Tinja
Menurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan komposisi tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):







Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni

Komponen
Kandungan (%)
Air
Bahan organik (dari berat kering)
Nitrogen (dari berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering)
Karbon (dari berat kering)
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari berat kering)
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10


Kuantitas Tinja dan Air Seni

Tinja/Air Seni
Gram/orang/hari
Berat Basah
Berat Kering
Tinja
Air seni
    135-270
    1.000-1.300
    35-70
    50-70
Jumlah
    1.135-1.570
    85-140


Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit. Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric or intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002).

C.                 Definisi Jamban
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto,1997).
Sementara itu menurut Josep Soemardi (1999) pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila memenuhi syarat antara lain, Menurut Ehlers dan Steel (dalam Entjang, 2000)
1.            Tidak boleh mengotori tanah.
2.            Tidak boleh mengotori air permukaan.
3.            Tidak boleh mengotori air tanah dalam.
4.            Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembang biakan vektor penyakit lainnya.
5.            Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain.
6.            Pembuatannya mudah dan murah.
7.            Dan dapat diterima oleh pemakainnya. ( Notoatmodjo, 1997 )

D.                Teknik Pembuangan Tinja
Ada beberapa cara dalam pembuangan kotoran manusi atau tinja antara lain adalah sebagai berikut:
1.            Sistem Cubluk (Pit Privy)
Jamban Cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke dalam galian tanah atau sumur yang  tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,1994).
Cubluk adalah lubang/sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan dinding yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan yang masuk.
Jika tersedia lahan yang cukup maka dapat dibangun dua buah lubang (cubluk kembar). Bila satu lubang penuh harus ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu) tahun agar lumpur kering untuk selanjutnya dapat dipakai untuk kesuburan tanah (pupuk organik). Namun demikian tempat untuk cubluk tersebut harus disediakan dan jangan digunakan untuk bangunan permanen.Cubluk relatif lebih murah, lebih mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki septik.
2.            Sistem  Tangki septic (leher angsa)
system ini sesuai untuk daerah yang mudah dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup sederhana dan kuat. Hanya membutuhkan system Leher Angsa dan Tangki Septik untuk menampung kotorannya. Biasanya ditempatkan di dalam rumah atau luar rumah dan menggunakan sistem leher angsa untuk menghindari bau dan serangga. Tinja disentor atau disiram air dengan gayung.
3.            Jamban Cemplung
Jamban cemplung sering dijumpai pada daerah pedesaan contohnya di jawa,tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna,misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup.sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari,serta karena tidak ada rumah jamban,bila musim hujan maka jamban itu akan penuh dengan air. jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam karna bisa mengotori air tanah dibawahnya.dalamnya ventilasi (vip latrine) berkisar antara 1,5-3 meter saja,sesui dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambo,dinding bamboo,atap daun kelapa atu daun padi,jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

4.            Jamban Empang(Overhung Latrine)
Jamban ini dibangun diatas empang ikan,didalam system jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yakni tinja dapat langsung dimakan ikan,ikan dimakan orang,dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,demikian seterusnya. Jamban ini empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
Jamban empang adalah jamban yang dibangun diatas empang,sungai atau rawa,jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja,yang biasa dipakai untuk makanan ikan.kerugian dari jamban empang adalah tinja akan mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah.

Ada beberapa macam metode dalam pembuangan kotoran manusi atau tinja antara lain adalah sebagai berikut:
1.            System jamban atau kakus (pridy methods)
System jamaban atau kakus (pridy methods) adalah pembuangan tinja dengan metode jamban,yang dikelompokan dalam 3 kategori yaitu:
a.       Metode jamban dengan tipe utama atau tipe yang paling dianjurkan karena apabila dikerjakan secara semestinya hampir memenuhi semua persyaratan sanitasi yang ada,yamg termasuk dalam kategori adalah jamban-jamban yang disebut dengan istilah kakus lubang/kakus cemplung(pit privy),kakus air(aqua privy),dan kakus leher angsa(water seallatrine).
b.      Metode jamban dengan tipe yang kurang baik atau kurang diinginkan karena tidak dapat dijamin akan terpenuhinya persyaratan sanitasi yang ada dan masih mengundang resiko yang cukup besar untuk terjadinya penularan Feacal Borne Disease, yang termasuk ketegori ini adalah jamban-jamban yang disebut dengan istilah kakus bor(bored hole latrine),kakus keranjang(bucket latrine),kakus parit(trench latrine) dan kakus badan air(overhung latrine).
c.       Metode jamban dengan tipe yang baik diterapakan pada situasi-situasi khusus misalanya pada sarana transportasi, seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain.  pada daerah pertanian dan sebagainya, Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper).yang termasuk kategori ini adalah jamban-jamban yang disebut jamban kompos(compost privy),dan jamban kimia(chemical toilet).

2.            System jamban yang memerlukan air (water carried methods)
System jamban yang memerlukan air(water carried methods) menurut EG.WAGNER dan JN.LANOIX tahun (1958) apabila disuatu daerah terdapat air yang mengalir,system pengumpulan dan pembuangan tinja dengan metode aliran air merupakan metode pembuangan tinja yang paling memuaskan dan mudah dilakukan baik untuk kondisi perkotaan maupun pedesaan.berbagai metode pembuangan  limbah cair sebagai sasaran dari penerapan metode ini yang dapat digunakan adalah meliputi sebagai berikut:
a.       Pembuangan dengan pengenceran atau dilution pada badan-badan air yang besar.
b.      Pembuangan dengan lubang galian/kolam untuk air limbah atau cesspool.
c.       Pembuangan dengan menggunakan sumur peresapan atau seepage pit.
d.      Pembuangan dengan menggunakan system septic tank.

E.                 Definisi Septik Tank
Septic tank adalah sistem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara. Septic tank Bisa digunakan secara individu maupun bersama (komunal ), jika menggunakan sumur resapan/bidang resapan tergantung dari ketersediaan lahan, jika digunakan untuk pemakaian lebih/banyak maka bidang resapan yang diperlukan akan memerlukan lahan yang cukup luas, untuk mengatasi kebutuhan lahan yang luas ini di bangun suatu Filter untuk menggantikan fungsi bidang resapan.
Proses yang terjadi pada  septic tank adalah sebagai berikut:
1.            Pengumpulan
Fungsi yang utama dari septic tank adalah menghilangkan benda padat, waktu penahanan dalam tangki harus cukup berlangsung agar benda-benda padat dapat turun kedasar tangki dan bahan yang mengapung naik keatas.
2.            Penyimpanan
Tangki direncanakan dengan volume yang cukup untuk menyimpan (menampung) lumpur dan busa selama jangka waktu minimum 2 tahun volume ini diperlukan sebagai tambahan.
3.            Pembusukan
Akibat lamanya lumpur tersimpan didalam tangki oembusukan biologis anaerobic dari lumpur akan berlangsung dan akan mengurangi kuantitas untuk pembuangan penyedotan pengurasan.

Septi tank adalah bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat, tangki ini dibuat dengan bahan yang kedap air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ketanah dan akan mengalir keluar melalui saluran peresapan. Untuk membuat tangki septik yang baik sehingga tidak mencemari air dan tanah di sekitarnya, maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain:


1.            Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.
2.            Untuk membuang air keluaran (effluent) dari tangki septik perlu dibuatkan daerah peresapan.
3.            Tangki septik ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah antara 70 – 90 % dari volume penggunaan air bersih.
4.            Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal selama 24 jam.
5.            Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan dengan banyaknya lumpur sebesar 30 – 45 liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan minimal selama 2 – 4 tahun.
6.            Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah ruang lumpur.
7.            Pipa air masuk ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi lebih kurang 2,5 cm dari pipa air keluar.
8.            Tangki septik hendaknya dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.
9.            Untuk menjamin terpakainya bidang peresapan, maka diperlukan pipa udara dan pelepas tekanan agar pengaliran ke bidang resapan dapat mengalir secara terus-menerus. (sumber: www.ftsp1.uii.ac.id)
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).






BAB III
PEMBAHASAN
Jamban atau toilet keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau wc dan pada prosesnya dilengkapi dengan tanki septic tank.
A.                Teknik Pembuagan Tinja Pada Keluarga X Di Desa Y Tahun 2011

1.            System jamban leher angsa.
Teknik pembuangan tinja yang digunakan oleh keluarga Dwi yaitu menggunakan  system jamban leher angsa dan dilengkapi tangki sepatic(septic tank). Jamban leher angsa Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia. Dan Kloset yang digunakan pada rumah keluarga Dwi yaitu kloset atau wc leher angsa karena sesuai untuk daerah yang mudah dalam pengadaan air bersih, kontruksinyapun cukup sederhana dan kuat, Serta ditempatkan di dalam rumah, penggunaan sistem leher angsa ini dimaksudkan agar dapat menghindari dari bau dan serangga.

Jamban leher angsa dapat digunakan dengan cara Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan  hajat besar, setelah selesai membuang kotoran kemudian diguyur dengan air. Selanjutnya kotoran atau tinja tersebut akan masuk kedalam septic tank melalui pipa (pvc) dan pada septic tank yang digunakan oleh keluarga heru terdiri dari lubang udara, menhole (untuk melihat sudah penuh atau belum dan digunakan untuk pengambilan/penyedotan endapan padat dari tinja) dan di lengkapi dengan dua ruangan atau bak yang dihubungkan oleh pipa, pada bak pertama tinja akan mengalami proses dekomposisi dan hasil padatan dari tinja akan mengendap dibagian bawah septic tank, sedangkan air tinjanya akan pindah pada bak kedua dan akan dialirkan/dibuang melalui pipa secara langsung didalam tanah/ketanah (tanpa pengolahan) sehingga masih dapat mencemari tanah dan air tanah. Jadi apabila septic tank telah penuh dengan endapan dari padatan tinja maka untuk menguranginya perlu dilakukan penyedotan (secara manual)/ penggalian,dan atau bila tidak digali maka perlu dibuat bangunan septic tank baru.
Contoh gambar closet leher angsa
2.            Cara pemeliharaan dari sistem jamban leher angsa.
Cara Pemeliharaan antara lain:
a.       Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit
b.      Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
c.       Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
d.      Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
e.       Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.
Adapun kelebihan dan kekurangan system jamban leher angsa ini adalah sebagai berikut:

B.                 Dekomposisi
Proses penguraian (decomposition) pada tinja secara alamiah akan berlangsung, sehingga akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktivitas utama dalam proses dekomposisi tersebut adalah:
1.            Pemecahan senyawa organik kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil.
2.            Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon dioksida, amonia, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer, bahan-bahan yang terlarut dalam keadaan tertentu meresap ke dalam tanah di bawahnya.
3.            Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik di dalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktivitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik atau anaerobik. Proses anaerobik tersebut misalnya terjadi pada kakus air (aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau pada dasar lubang yang dalam. Atau dapat pula terjadi secara aerobik, seperti pada dekomposisi tertentu. Di samping itu, dekomposisi dapat terdiri lebih dari satu tahap, sebagian aerobik dan sebagian lagi anaerobik, tergantung pada kondisi fisik yang ada. Sebagai contoh, proses anaerobik berlangsung dalam septic tank, effluent cair meresap ke dalam tanah melalui saluran peresapan dan meninggalkan banyak bahan organik pada lapisan atas tanah. Bahan organik itu diuraikan secara aerobik oleh bakteri saprofit yang mampu menembus tanah sampai kedalaman 60 cm.

C.                 Instalasi Fisik Pengolahan Tinja
Instalasi fisik pengolahan tinja terdiri dari rumah atau bagunan jamban dan Tangki septic atau septic tank. Penjelasannya sebagai berikut:
      1.            Rumah Atau Bagunan Jamban
Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan,serangga dan binatang-binatang lain,terlindung dari pandangan orang (privacy). Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya Serta Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
2.            Tangki septic (septic tank)
Tangki septic atau Septik tank adalah bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat, tangki ini dibuat dengan bahan yang kedap air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ketanah dan akan mengalir keluar melalui saluran pipa, septic tank dapat digunakan secara individu maupun bersama (komunal ) sampai dengan 5 (lima) rumah.                                                                                           

Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni :
a.       Proses Kimiawi

Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b.         Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa.
Tangki septic digunakan hanya untuk menerima buangan kakus atau tinja saja, tidak untuk air bekas (mandi dan cuci),dan Pengurasan tangki septic seharusnya dilakukan secara berkala setiap 5 tahun sekali. Untuk Pemeliharaan tidak membuang bahan-bahan kimia berbahaya kedalam tangki septik, seperti insektisida, karbol pembersih lantai, pemutih pakaian.Lumpur tinja hasil pengurasan tangki septik masih berbahaya bagi manusia dan lingkungan, pengurasan sebaiknya dilakukan oleh orang / petugas yang mempunyai peralatan penguras yang memenuhi syarat. Dan sebaiknya Lumpur hasil pengurasan tidak boleh dibuang ke sungai, atau ketempat terbuka akan tetapi harus dibuang ketempat yang telah direncanakan untuk menampung lumpur tinja ( misal Instalasi Pengolah Lumpur Tinja /IPLT). Untuk pembuangan atau penyedotan lumpur tinja belum dapat dilakukan karena IPLT belum ada atau masih jauh dari daerah Y. Dan untuk efektifnya seharusnya dibuatkan system resapan(sumur/bidang resapan).
System resapan adalah galian atau sumuran tanpa lapisan material kedap air, yang berfungsi menerima air limbah dari septic tank dan meresapkannya ke tanah. yang berupa bidang resapan atau sumur resapan, galian cukup diisi pasir dan kerikil dengan tebal lapisan minimal 10 cm, karena peresapan air dari tangki septik lebih menyebar, di atasnya ditutup lapisan ijuk sebelum ditimbun dengan tanah. Pasir, kerikil dan ijuk itu akan membentuk ganggang hijau yang menyaring bakteri patogen dan infectious sehingga air dari tangki kakus sudah bersih sebelum meresap ke tanah. (Prof H Wijono Sutono, SKM MSc,).
§    Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

BAB IV
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Dan Teknik pembuangan tinja yang digunakan oleh keluarga X yaitu menggunakan  system jamban leher angsa dan dilengkapi tangki sepatic(septic tank). Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari,selama waktu tersebut tinja akan mengalami  proses kimiawi dan proses biologi. Untuk pembuangan atau penyedotan lumpur tinja belum dapat dilakukan karena IPLT belum ada atau masih jauh dari daerah Y.

B.                 Saran
Sebaiknya untuk efektifnya jamban yang digunakan, maka seharusnya dibuatkan system resapan(sumur/bidang resapan). Bidang resapan atau sumur resapan merupakan galian yang cukup diisi dengan Pasir, kerikil dan ijuk sehingga akan membentuk ganggang hijau yang menyaring bakteri patogen dan infectious agar air dari tangki kakus sudah bersih sebelum meresap ke tanah(mengurangi pencemaran tanah dan air tanah).
















DAFTAR PUSTAKA
Artikel Soeparman 2011, Karakteristik Dandekompisi Tinja, http://environmentalsanitation. wordpress. com/category/karakteristik-dan-dekompisi-tinja/, 22 rabu jam 12.00

Anonym 2011, pembuatan wc atau tempat penampungan kotoran manusia, http://keslamsel. wordpress.com/2008/07/09/syarat-membuat-wc-kakus-atau-tempat-penampungan-kotoran-manusia-tinja-feses-tokai-yang-baik/, 22 rabu jam 12.10
Anonym 2011, Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991. 22 rabu jam 10.00
Artikel Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo 2011, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. 22 rabu jam 10.30
Artikel Entjang, 2011, pengertian-septictank, http://blogargajogja.com/tag/pengertian-septictank, 22 rabu jam 12.35